Senin, 29 November 2010

Riset pemasaran

nama : arif alfa budiman
npm : 10207160
kls : 4 ea 03
mata pelajaran : riset pemasaran

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Sekarang ini banyak perusahaan saling berlomba untuk mendapatkan konsumen agar dapat membeli produk yang mereka tawarkan, banyak juga pasar yang tidak mampu mencapai sasaran yang disebabkan karena kurang tepatnya strategi pemasaran yang perusahan tersebut gunakan.
Berhasil atau tidaknya perusahan sangat ditentukan dengan bagaimana cara yang dikembangkan oleh perusahaan untuk dapat bersaing dalam merebut para konsumen dengan menerapkan strategi pemasaran yang efektif, apabila strategi tidak dapat dilakukan dengan baik maka pelaksanaan yang baik pun tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Produk, harga, promosi dan distribusi merupakan faktor - faktor yang dapat mempengaruhi dan mendorong seorang konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan dan strategi bauran pemasaran yang jitu suatu perusahaan dapat mencapai tujuannya.secara umum tujuan dari perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimum sehingga dapat terus berkembang, hal ini juga merupakan sumberdana bagi kelangsungan hidup perusahaan berkembang dalam jangka waktu panjang.
Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin mengetahui lebih lanjut bagaimana strategi pemasaran dalam meningkatkan dan memajukan perusahaan pada PT.SAMPOERNA yang dibahas dalam bentuk penulisan ilmiah dengan judul “PENGARUH VARIABEL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK ROKOK SAMPOERNA MILD”.
PT.H.M.Sampoerna adalah salah satu perusahan rokok terbesar di indonesia.berdiri sejak tahun 1913. Sampoerna merupakan perusahaan rokok terbesar nomor dua (tahun 2009) di indonesia setelah PT.Gudang Garam (www.google.com). Perusahaan ini memiliki salah satu produk unggulan yaitu Sampoerna A MILD, yang merupakan pelopor rokok mild di indonesia.
Rokok mild sendiri adalah rokok yang kadar Tar dan Nikotine nya rendah,dimana kadar Tar (14mg) dan nikotin (1.0mg), kadar tersebut berkurang karena adanya sistem ventilasi. yang terdapat pada perbatasan antara tembakau dengan filter rokok. sehingga asap yang dihisap oleh perokok bercampur dengan oksigen sehingga kadar Tar dan Nikotine menjadi rendah. sistem tersebut dikenal dengan istilah LASERMILD.
Sampoerna mengeluarkan produk rokok A MILD, membuat pasar indonesia semakin beragam jenis produk yang ditawarkan. Apabila orang tertarik menghisap rokok mild karena memiliki kadar Tar dan Nikotine yang sangat rendah, yang beranggapan dapat mengurangi bahaya merokok. Maka dapat diambil satu asumsi dasar, bahwa orang tersebut berada dalam sebuah segmen, yaitu orang – orang yang mempunyai pendidikan yang cukup untuk memahami bahaya merokok. Hasilnya dapat membuat masyarakat terdidik yang tetap ingin merokok.
Pada segmen mmasyarakat terdidik, terdapat konsumen yang sangat potensial bagi produsen rokok yaitu kalangan anak muda yang terdidik yang mengetahui dampak merokok,tetapi mengambil resiko untuk merokok. Nantinya dapat menjadi konsumen jangka panjang bagi produsen. Karena rokok dapat menimbulkan keterikatan. Apabila konsumen anak muda terikat, maka perusahaan memiliki potensi konsumen yang akan loyal dalam jangka panjang. Produk sampoerna A MILD yang rendah tar dan nikotine dapat dijadikan pilihan sebagai rokok alternatif, karena dapat mengurangi bahaya rokok bagi para perokok khususnya anak muda di indonesia maupun masyarakat berpendidikan di indonesia secara umum.
Keputusan pembelian seorang konsumen dalam prosesnya adalah serangkaian rentetan aksi mulai dari problem recognition ke information search ke alternative evaluation ke purchase decision ke purchase evaluation.proses ini diarahkan dan dipengaruhi oleh sekumpulan psychological, personal, social, culture. keduanya memiliki dampak secara langsung dan tidak langsung terhadap perilaku pembelian seseorang. Pada tahap awal, konsumen berusaha mengetahui adanya kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi atau terpuaskan. Setelah mengetahui kebutuhan dan keinginan, konsumen mulai mencari informasi informasi dan menilainya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan yang dirasakan. Pencarian informasi dapat bersifat aktif atau pasif berkaitan dengan cara mendapatkan informasi. Dengan informasi yang lengkap konsumen telah siap untuk percaya kegunaan dari alternatif solusi terhadap masalah. Konsumen pada tahap ini mulai memberikan penilaian dan meyeleksi terhadap alternatif pembelian berdasarkan informasi yang didapatkan dan tujuan pembeliannya. Tujuan pembelian konsumen tidak selalu sama tergantung jenis produk dan kebutuhannya. Setelah itu konsumen masuk ke dalam keputusan pembelian. Apakah suatu produk jadi dibeli atau tidak. Karakteristik ini terdiri dari age and stage in the live cycle; occupation and economic circumstances; personality and self concept; and lifestyle and values.

1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, bagaimana pengaruh variabel marketing mix terhadap keputusan pembelian produk rokok sampoerna mild.

1.3 Batasan masalah
Batasan masalah yang yang akan dibahas oleh penulis hanya mengenai pengaruh bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, distribusi dan promosi, yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk rokok sampoerna A mild.

1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bauran pemasaran (marketing mix) terhadap keputusan pembelian produk rokok sampoerna A mild dan untuk menganalisis variabel bauran pemasaran yang berpengaruh dominanterhadap keputusan pembelian rokok sampoerna a mild.

1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar memberikan manfaat yang positif bagi penulis, pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

1. Manfaat akademis
Penelitian sangat berhubungan dengan mahasiswa yang mengambil jurusan manajemen, lebih khususnya pelajaran dasar manajemen dan manajemen komunikasi pemasaran, sehingga dengan melakukan penelitian ini penulis dan pihak-pihak tertentu dapat membaca dan memahaminya.
2.manfaat praktis
Objek penelitian ini adalah orang yang mengunakan produk rokok sampoerna mild, sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya konsumen dan dan perusahaan.

1.5 metode penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis akan menjelaskan dan menguraikan metode penelitian yg akan digunakan.

1.5.1 Subjek dan objek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mayarakat yang menggunakan produk sampoerna A mild di sekitar kota depok dan jakarta. Objek yang akan dijadikan penelitian adalah warga kota depok dan jakarta yang menggunakan produk rokok sampoerna mild.

1.5.2 Data atau Variabel
Dalam penelitian ini penulis akan mengambil sample konsumen yang menggunakan produk rokok sampoerna mild 50 orang.

1.5.3 Metode pengambilan data/variabel
Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data primer yang dapat dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada responden yang terpilih.
Teknik pengambilan sample yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Nonprobability Sampling dengan alasan:
1. jumlah populasi yang tidak diketahui dengan pasti.
2. teknik ini mudah untuk dikerjakan kapan saja dan dimana saja.
3. Teknik ini lebih efisien dalam hal waktu dan biaya.
1.5.4 Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian serta kajian pustaka yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis yang akan diuji kebenarannya sebagai berikut :
1. Diduga bahwa variabel marketing mix yaitu harga, produk, distribusi dan promosi berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian produk rokok sampoerna mild.
2. Diduga faktor harga dan promosi yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian produk rokok sampoerna mild.
1.5.5 Alat Analisis yang digunakan
Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat analisis deskriptif dan kuantitatif. Untuk analisis deskriptif yaitu menggambarkan keadaan umum dariresponden atau konsumen produk sampoerna mild yang terambil sebagai sample. Sedangkan analisis kuantitatif terdiri dari regresi linear berganda, uji t, uji F, serta koefisien determinasi. Seluruh perhitungan pada analisis data dibantu dengan dengan program komputer SPSS.

BAB II
LANDASAN TEORI


1.1. Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian Bauran pemasaran
Pemasaran mengandung arti yang luas karena membahas mengenai masalah yang terdapat dalam perusahaan dan hubungannya dengan perdagangan barang dan jasa.
Menurut Philip kotler (2002:9): ”Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalam individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan kan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
Dalam menghadapi pasar sasarannya perusahaan memiliki seperangkat alat-alat pemasaran yang sangat berperan untuk memperoleh dampak maximum terhadap pasar. Alat-alat pemasaran tersebut terangkum dalam bauran pemasaran perusahaan. Secara definitif dikatakan oleh Philip Kotler (82:1997) bahwa:
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran.
Seperti yang diungkapkan oleh Kotler dan Amstrong (2001:18): “Bauran pemasaran adalah alat taktis dan terkontrol yang dipadukan oleh perusahaan untuk meghasilkan respon yang diinginkan pasar sasaran”.
Alat pemasaran tersebut dapat dikelompokan menjadi empat kelompok variabel yang dikenal sebagai 4P yaitu: produk (product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion). Keempat variabel tersebut dapat dikombinasikan dan saling berkaitan satu sama lain sehingga keputusan di satu bagian akan mempengaruhi tindakan dibagian lain, sebagaimana halnya konsep sistem.

2.1.2 Produk (Product)

Pada dasarnya sebagian besar keuntungan yang didapat oleh perusahaan berasal dari kepuasan konsumen dalam menikmati produknya. Konsep produksi berpendapat bahwa konsumen akan menyukai produk yang berkualitas dengan harga yang relatif murah. Untuk itu perusahaan dalam proses kegiatan produksi haruslah mengerti dan tahu dengan benar akan arti dari produk itu sendiri.
Kotler (2000:212) Produk adalah “Segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk menarik prhatian, diiliki, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan”.
Macam produk terdiri dari tiga ciri, yaitu:
1. Berciri fisik, misal mobil.
2. Berciri jasa layanan misal: hotel.
3. Berciri ide, misal: layanan jasa konsultasi.
Sedangkan tingkatan produk ada tiga macam, yaitu:
1. Inti produk berupa jasa layanan dan manfaat.
2. Produk berupa mutu, model, ciri, kemasan dan nama merk.
3. Tambahan produk berupa instalasi/pemasangan, penyerahan dan kredit garansi/jamuan serta jasa pelayanan purna jual.
Dalam mencari strategi pemasaran untuk tiap produk, pemasaran mengembangkan beberapa susunan klasifikasi produk yang didasarkan pada karakteristik produk. Produk dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok menurut daya tahan atau kemampuan wujudnya.
1. Barang tidak tahan lama adalah barang berwujud yang dikonsumsi dengan satu atau beberapa kali pemakaian.
2. Barang tahan lama adalah barang berujud yang biasanya digunakan untuk waktu yang lama.
3. Jasa adalah kegiatan, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
Dalam mengembangkan strategi pemasaran untuk produk individual, penjual menghadapi masalah pemberian merek. Merek dapat menambah nilai produk dan karena itu merupakan aspek intrinsik dalam strategi produk. Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain atau kombinasi dari semuanya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari seorang penjual atau kelompok penjual serta untuk membedakan dari produk dan jasa pesaing. Nama merek adalah bagian dari merek yang dapat dilafalkan atau diucapkan. Tanda Merek adalah bagian dari merek yang dapat dikenali tetapi tidak dapat dilafalkan seperti simbol, desain atau semacamnya. Merek dagang adalah merek atau bagian dari merek yang mendapat perlindungan hukum karena mampu memperoleh hak secara eksklusif. Sebuah merek dagang melindungi hak eksklusif penjual untuk menggunakan nama merek dan atau tanda merek.
Pengembangan kemasan yang efektif untuk suatu produk membutuhkan pertimbangan yang matang. Tugas pertama adalah menetapkan konsep pengemasan yaitu ketetapan mengenai apa dan bagaimana seharusnya kemasan produk. Apakah fungsi utama kemasan sebagai pelindung produk untuk memperkenalkan mutu tertentu produk atau perusahaan atau untuk sesuatu yang lain.
Keputusan harus diambil mengenai unsur desain kemasan lebih lanjut. Misalnya apakah akan digunakan banyak atau sedikit tulisan. Apakah akan dibuat dari kertas kaca atau kertas biasa. Apakah berupa bungkus plastik atau yang berlapis mengkilat dan seterusnya. Berbagai unsur pengemasan harus dibuat agar serasi dan sesuai dengan keputusan mengenai harga, iklan dan unsure pemasaran lainnya. Setelah pengemasan dirancang, selanjutnya harus dilakukan beberapa pengujian. Pengujian teknik dilakukan untuk menjamin kondisi kemasan adalah normal. Pengujian visual dimaksudkan untuk menjamin para dealer menemukan kemasan yang menarik dan mudah menanganinya. Pengujian konsumen untuk menjamin adanya tanggapan baik dari konsumen.
Hal lain yang mempunyai kaitan erat dengan pengemasan dan merek adalah pemberian/penentuan label. Secara definitive dapat dikatakan bahwa label adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang barang tersebut atau penjualnya. Jadi sebuah label mungkin merupakan bagian dari pengemasan atau merupakan etiket yang tertempel secara langsung pada sebuah barang. Label digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Label merek adalah label yang sematamata sebagai merek.
2. Label kualitas adalah label yang menunjukkan tingkat kualitas tertentu dari suatu barang. Label ini dinyatakan dengan tulisan atau kata-kata.
3. Label deskriptif disebut juga label informative merupakan label yang menggambarkan tentang cara penggunaan, susunan, pemeliharaan dan atau hasil kerja dari suatu barang.

2.1.3 Price (Harga)
Harga menjadi faktor penetu dalam pembelian dan menjadi salah satu unsur penting dalam menentukan bagian pasar dan tingkat keuntungan perusahaan.
Definisi harga menurut Fandy Tjiptono (2002:151) menyatakan :”harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya(termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa.
Secara sederhana definisi harga adalah pencerminan dari nilai. Dalam teori ekonomi, harga, nilai dan faedah merupakan istilah-istilah yang saling berhubungan. Faedah adalah atribut barang yang dapat memuaskan kebutuhan. Sedangkan nilai adalah ungkapan secara kuantitatif tentang kemampuan barang agar dapat menarik dalam pertukaran. Karena perekonomian kita bukan merupakan sistem barter maka untuk mengadakan pertukaran atau untuk mengukur nilai suatu barang kita menggunakan uang. Jadi harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Biasanya seorang penjual menetapkan harga berdasarkan kombinasi barang secara fisik ditambah beberapa jasa lain serta keuntungan yang memuaskan. Dalam hal ini harga merupakan cara bagi seorang penjual untuk membedakan penawarannya dari para pesaing hingga penetapan harga dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari fungsi deferensiasi barang dalam pemasaran.
Strategi penetapan harga sangat mempengaruhi tingkat penjualan suatu produk. Oleh karena itu dalam strategi penetapan harga perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:
1. Harga produk cukup kompetitif.
2. Sistem pemberian discount.
3. Sistem pembayaran.
Didalam penetapan harga, penjual dapat menentukan metode penetapan harga berdasarkan taksiran permintaan dan fungsi biaya dari pesaing. Harga tersebut berada diantara titik tertinggi untuk menghasilkanlaba dan titik terendah untuk menarik permintaan. Dalam penetapan harga, ada tiga pertimbangan, yaitu:
1. Untuk produk convenien yaitu barangbarang konsumen yang biasanya dibeli berulang kali, mudah diperoleh dengan pengorbanan usaha yang paling minimum. Metode penetapan harga untuk produk tersebut adalah berdasarkan pertimbangan biaya produk.
2. Untuk produk shopping/ belanjaan yaitu barang-barang yang oleh pembeli dibandingkan atas dasar kesesuaian, kualitas, harga dan style sebelum calon pembeli memutuskan untuk membeli. Metode penetapan harga untuk produk tersebut adalah berdasarkan pertimbangan harga bersaing.
3. Untuk produk spesial yaitu barangbarang yang berciri istimewa dalam kualitas, pelayanan dan diberikan atau karena keadaan yang khas dan bukan karena harga. Metode penetapan harga untuk produk tersebut adalah berdasarkan pertimbangan harga persepsi.

2.1.4 Place (Distribusi)
Suatu komoditas dikatakan sebagai produk apabila ia berada di tempat pada saat dibutuhkan oleh konsumen. Untuk itu perusahan melakukan fungsi distribusi agar produk menjadi wujud yang sebenarnya. Banyak perusahaan yang tidak dapat mencapai target pasar disebabkan karena tidak mampu mengelola dengan baik saluran distribusi.
Kebanyakan produsen bekerjasama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membentuk saluran pemasaran (saluran distribusi). Menurut Kotler (140:1997), saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap digunakan atau dikonsumsi.
Perantara pemasaran merupakan hal yang penting karena ditinjau dari azas manfaat distribusi, pemasaran akan meningkatkan nilai produk. Azas manfaat tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Nilai Waktu
Menyediakan komoditas secara terusmenerus sepanjang waktu. Dengan demikian tercipta stabilitas harga secara tidak langsung.
2. Nilai Tempat
Sentral produsen pertanian di desa menjual ke pusat konsumsi di kota atau dari kawasan industri kekawasan konsumsi.
3. Nilai Bentuk
Merubah barang dari tak berwujud menjadi berwujud, dari satuan besar ke satuan kecil.
4. Nilai Kepemilikan
Dari produsen ke perantara pemasaran dan terus ke konsumen. Pada distribusi lain produsen ingin mendelegasikan sebagian pekerjaannya kepada perantara. Sebagai balas jasa perantara harus memperoleh keuntungan yang wajar dari produsen.
Menurut Irawan, Farid Wijaya dan Sudjoni, MN, (138: 1996), saluran pemasaran terdiri dari beberapa tingkatan. Setiap perantara yang melakukan usaha menyalurkan barang ke pembeli akhir membentuk tingkatan saluran. Panjangnya saluran dapat digambarkan menggunakan jumlah tingkatan perantara sebagai berikut:
1. Saluran Nol Tingkat (saluran pemasaran langsung)
Saluran pemasaran ini terdiri dari seorang produsen yang menjual langsung kepada konsumen. Tiga cara penting dalam penjualan langsung adalah penjualan dari rumah ke rumah, penjualan lewat pos dan penjualan lewat toko perusahaan.
2. Saluran Satu Tingkat mempunyai satu perantara
Dalam pasar konsumen, perantara sekaligus merupakan pengecer.
3. Saluran Dua Tingkat mempunyai dua perantara.
Dalam pasar konsumen mereka merupakan grosir atau merupakan pedagang besar dan pengecer.
4. Saluran Tiga Tingkat mempunyai tiga perantara.
Dalam pasar konsumen mereka merupakan grosir, pemborong dan pengecer.
Dalam menentukan saluran distribusi, ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan oleh perusahaan:
1. Menganalisis produk.
2. Menentukan sifat dan luasnya pasar.
3. Meninjau penyalur yang ada.
4. Analisis biaya dan laba.
5. Kerjasama dan memotivasi penyalur.
6. Mengevaluasi penyalur.

2.1.5 Promotion (Promosi)
Promosi merupakan salah satu variabel dalam bauran pemasaaran yang penting untuk dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan barang dan jasa. Kegiatan promosi bukan hanya berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pemasaran.
Alma (2000:135) “Promosi adalah sejenis komunikasi yang memberikan penjelasan yang menyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa”.
Promosi menunjukkan pada berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan kebaikan produknya, membujuk dan mengingatkan para pelanggan dan konsumen sasaran untuk membeli produk tersebut. Menurut Irwan, dkk. (153: 1996). Inti promosi adalah komunikasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi berjalan efektif adalah sebagai berikut:
1. Apa yang akan disampaikan?
Merupakan isi pesan yang akan disampaikan.
2. Kepada siapa akan disampaikan?
Merupakan sasaran komunikasi/komunikan/khalayak.
3. Siapa yang akan menyampaikan?
Merupakan komunikator yang akan menyampaikan
4. Bagaimana cara menyampaikan?
Merupakan media apa yang akan dipakai.
5. Kapan disampaikan?
Merupakan waktu dari kegiatan komunikasi.
Kemampuan suatu perusahaan mengelola promosi dengan biaya yang relative kecil sangat mempengaruhi tingkat penjualan suatu produk. Promosi yang dilakukan adalah pengenalan produk secara efektif dan menembus langsung konsumen atau pelanggan dan calon pelanggan. Apabila produk yang dipasarkan sangat spesifik dan segmen pasarnya adalah pasar tertentu maka promosi yang effisien dan efektif dilakukan dengan cara:
1. Seminar produk kepada konsumen dan calon konsumen.
2. Presentasi produk kepada konsumen dan calon konsumen.
3. Pengenalan produk melalui mass media.
4. Memberikan hadiah langsung berupa souvenir, yang ada identitas produk yang dipasarkan.
Menurut Basu Swastha, D.H (82: 1997), pengambilan keputusan di bidang pemasaran hampir selalu berkaitan erat dengan variabel-variabel Marketing Mix, oleh karena itu Marketing Mix sangat penting dan dapat dipakai sebagai alat pemasaran praktis. Tekanan utama dari marketing adalah pasar, karena pada akhirnya produk yang ditawarkan oleh perusahaan diarahkan kepasar tersebut. Kebutuhan pasar tersebut dipakai sebagai dasar untuk menentukan macam produknya, demikian pula keadaan pasar terhadap berbagai macam alternative harga, promosi dan distribusi. Semakin besar usaha-usaha yang dikeluarkan dalam Marketing Mix untuk penawaran yang ada, akan semakin besar pula penjualannya. Semakin banyak biaya periklanan, kunjungan penjualan, semakin rendah tingkat harga dan semakin tinggi tingkat kualitasnya, maka akan semakin besar volume penjualannya.

Tulisan tentang etika bisnis

Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
Dalam Perusahaan

Salah satu etika bisnis dalam perusahaan berfungsi untuk menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik dan etis demi nilai-nilai tertentu (kejujuran,tanggung jawab, pelayanan, hak dan kepentingan orang lain dan lain-lain) dan demi kepentingan bisnisnya sendiri. Maka dari itu, melihat penting dan relevansinya etika bisnis tersebut, sebaiknya perusahaan harus memperhatikan sasaran dan lingkup etika bisnis itu sendiri. Terdapat tiga sasaran dan lingkup pokok etika bisnis.
Sasaran pertama, etika bisnis sebagai etika profesi yang dimana membahas berbagai prinsip, kondisi dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis. Dengan kata lain, etika bisnis ini bertujuan untuk mengimbau para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Termasuk didalamnya imbauan yang didasarkan pada hakikat dan tujuan bisnis, yaitu untuk meraih keuntungan.
Sasaran kedua dari etika bisnis, adalah untuk menyadarkan masyarakat, khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan masyarakat luas pemilik asset umum seperti lingkungan hidup, akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapun juga. Sasaran kedua ini sangat penting dan vital dalam kondisi bisnis modern. Kenyataannya menunjukkan bahwa bisnis dewasa ini mempengaruhi kehidupan hampir semua anggota masayarakat tanpa terkecuali, entah sebagai pekerja, konsumen, atau pemilik asset umum tertentu. Dalam kaitannya, masyarakat luas sanagt rentan terhadap praktek bisnis yang apabila tidak dicermati dengan baik akan bisa sangat merugikan hak dan kepentingan masyarakat. Maka dari itu, masyarakat punya kepentingan langsung untuk mengawasi bisnis untuk bisa dijalankan secara baik dan etis.
Sasaran ketiga dari etika bisnis, yaitu mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukkan etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis lebih bersifat makro, yang lebih tepat dikenal sebagai etika ekonomi. Dalam lingkup makro semacam ini, etika bisnis berbicara mengenai monopoli, oligopoli, kolusi, dan praktek-praktek semacamnyayang akan sangat mempengaruhi sehat tidaknya suatu ekonomi dan juga menentukan baik tidaknya praktek bisnis dalam sebuah negara. Dengan kata lain, dalam lingkup ketiga ini, etika bisnis menekankan pentingnya kerangka legal-politis bagi praktek bisnis yang baik, yaitu pentingnya hukum dan aturan bisnis serta peran pemerintah efektif menjamin keberlakuan aturan bisnis tersebut secara konsekuen tanpa pandang bulu.
Ketiga lingkup dan sasaran etika bisnis ini yang telah dijelaskan diatas berkaitan erat satu dengan yang lainnya, dan bersama-sama menentukkan baik-tidaknya, etis tidaknya praktek bisnis ddi dalam suatu perusahaan. Dari penjelasan tersebutlah dapat dilihat dengan jelas bahwa ketiganya mendapat porsi dan penekanan tersendiri walaupun belum tentu secara proporsional.

Minggu, 21 November 2010

Tanggung jawab sosial perusahaan

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan



Terdapat beberapa implikasi yang harus diperhatikan manjemen perusahaan dalam mendirikan sutu perusahaan besar maupun kecil. Salah satunya adalah manajemen harus memperhatikan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR). Etika dan tanggung jawab sosial merupakan rem perusahaan agar berkerja tidak bertabrakan dengan pemegang kepentingan perusahaan, seperti pelanggan, pemerintah, pemilik, kreditur, pekerja dan komunitas atau masyarakat.hubungan yang harmonis dengan pemegang kepentingan akan menghasilkan energi positif buat kemajuan perusahaan.
Salah satu contoh konkret mengenai kewajiban sosial suatu perusahaan adalah dalam hal perusahaan yang bersangkutan ingin memasuki wilayah operasi yang baru bagi kegiatan usahanya. Misalnya dalam bentuk pendirian pabrik disuatu wilayah yang selama ini belum diimasukinya. Jika ada perusahaan manufaktur hendak membuka pabrik baru dalam rangka perluasan kegiatannya, peristiwa inilah yang sering mendapat sambutan dari masyarakat sekitar maupun pemerintah.
Dalam segi pemerintah, berarti perusahaan ini dapat meningkatkan kegiatan ekonomi di wilayah tersebut, bertambahnya sumber penerimaan pemerintah berupa pajak dan penerimaan lain-lain. Selain itu, bertambahnya mitra pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup rakyat di wilayh bersangkutan.
Sedangkan, dalam segi masyarakat menyambut dengan berbagai alasan seperti: tersedianya kesempatan kerja bagi warga setempat, berkurangnya tingkat pengangguran, bertambahnya sumber penghasilan masyarakat, meningkatnya jumlah organisasi yang berpartisipasi dalam mengatasi berbagai permasalahan social yang dihadapi, dan makin terbukanya kesempatan berusaha bagi masyarakat setempat dalam rangka pemuasan kebutuhan para karyawan pabrik di bidang perumahan, bahan kebutuhan sehari0hari, dan kebutuhan rekreasi.

Kamis, 11 November 2010

ETIKA BISNIS

PRAKTEK BISNIS YANG TIDAK BERETIKA


Sebagaimana kita ketahui, tujuan dari praktek bisnis ialah untuk mendapatkan keuntungan yang besar untuk perusahaan. Fokus tersebutlah yang membuat perusahaan yang berpikiran jangka pendek berupaya dengan segala cara melakukan apa saja untuk menaikkan keuntungan. Tekanan kompetisi karena globalisasi dan konsumen yang semakin rewel sering dijadikan alasan. Akan tetapi, beberapa akademisi dan praktisi bisnis belakangan ini melihat adanya hubungan sinergis antara etika dan kepentingan perusahaan.
Para pemilik modal dan manajer perusahaan yang berpikiran pendek tentu sulit menerima logika ini karena beretika dalam bisnis jarang memberikan keuntungan segera. Karena itu, sistem organisasi terutama sistem insentif harus mempertimbangkan pencapaian prestasi jangka panjang dan penerapan nilai-nilai etika sebagai salah satu faktor penilaian dan promosi. Sistem audit dan kontrol juga harus diperketat untuk mendeteksi secepat mungkin penyimpangan yang terjadi dan menghukum para pelanggar etika tanpa memandang bulu. Selain itu, kepemimpinan yang menjunjung tinggi etika dan memberi teladan jelas sangat dibutuhkan juga. Tanpa hal-hal seperti itu, etika dalam perusahaan hanyalah omong kosong. Pelanggaran etika bisnis di perusahaan memang banyak, tetapi upaya untuk menegakan etika perlu ditegakkan. Misalkan, perusahaan tidak perlu berbuat curang untuk meraih kemenangan. Hubungan yang tidak transparan akan meimbulkan hubungan istimewa atau kolusi dan memberikan peluang untuk korupsi.
Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif,misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier.
Contoh kasus praktek bisnis perusahaan yang tidak beretika :
Kasus pada perusahaan Enron, Enron adalah perusahaan yang sangat bagus. Sebagai salah satu perusahaan yang menikmati booming industri energi di tahun 1990an, Enron sukses menyuplai energi ke pangsa pasar yang begitu besar dan memiliki jaringan yang luar biasa luas. Enron bahkan berhasil menyinergikan jalur transmisi energinya untuk jalur teknologi informasi.
Kalau dilihat dari siklus bisnisnya, Enron memiliki profitabilitas yang cukup menggiurkan. Seiring booming industri energi, Enron memosisikan dirinya sebagai energy merchants: membeli natural gas dengan harga murah, kemudian dikonversi dalam energi listrik, lalu dijual dengan mengambil profit yang lumayan dari markup sale of power atau biasa disebut “spark spread“. Sebagai sebuah entitas bisnis, Enron pada awalnya adalah anggota pasar yang baik, mengikuti peraturan yang ada di pasar dengan sebagaimana mestinya. Pada akhirnya, Enron meninggalkan prestasi dan reputasi baik tersebut. Sebagai perusahaan Amerika terbesar ke delapan, Enron kemudian tersungkur kolaps pada tahun 2001. Tepat satu tahun setelah California energy crisis. Dalam waktu sangat singkat perusahaan yang tahun lalu masih membukukan pendapatan US$100 miliar, sekonyong-konyong harus melaporkan kebangkrutannya kepada otoritas pasar modal. Sebagai entitas bisnis, nilai kerugian Enron diperkirakan mencapai US$ 50 miliar. Sementara itu, pelaku pasar modal kehilangan US$ 32 miliar dan ribuan pegawai Enron harus menangisi amblasnya dana pensiun mereka tak kurang dari US$ 1 miliar. Saham Enron yang pada Agustus 2000 masih berharga US$ 90 per lembar, terjerembab jatuh hingga tidak lebih dari US$ 45 sen. Tidak heran kalau banyak kalangan menyebut peristiwa ini sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah bisnis. Sedemikian hebohnya, sampai-sampai seluruh media bisnis dan ekonomi terkemuka menempatkannya sebagai cover story. Dalam proses pengusutan sebab-sebab kebangkrutan itu, belakangan Enron dicurigai telah melakukan praktek window dressing. Manajemen Enron telah menggelembungkan (mark up) pendapatannya US$ 600 juta, dan menyembunyikan utangnya sejumlah US$ 1,2 miliar. Menggelembungkan nilai pendapatan dan menyembunyikan utang senilai itu tentulah tidak bias dilakukan sembarang orang. Diperlukan keahlian "akrobatik" yang tinggi dari para professional yang bekerja pada atau disewa oleh Enron untuk menyulap angka-angka, sehingga selama bertahun-tahun kinerja keuangan perusahaan ini tampak tetap mencorong. Dengan kata lain, telah terjadi sebuah kolusi tingkat tinggi antara manajemen Enron, analis keuangan, para penasihat hukum, dan auditornya. Komplikasi skandal ini bertambah, karena belakangan diketahui banyak sekali pejabat tinggi yang pernah menerima kucuran dana politik dari perusahaan ini.Dalam Komite yang membidangi energi, 19 dari 23 anggotanya juga termasuk yang menerima sumbangan dari perusahaan itu. Sementara itu, tercatat 35 pejabat penting pemerintahan George W. Bush merupakan pemegang saham Enron, yang telah lama merupakan perusahaan publik. Dalam daftar perusahaan penyumbang dana politik, Enron tercatat menempati peringkat ke-36, dan penyumbang peringkat ke-12 dalam penggalangan dana kampanye Bush. Akibat pertalian semacam itu, banyak orang curiga pemerintahan Bush dan para politisi telah dan akan memberikan perlakuan istimewa, baik dalam bisnis Enron selama ini maupun dalam proses penyelamatan perusahaan itu. Seleksi alam akhirnya berlaku. Perusahaan yang bagus akan mendapat reward, sementara yang buruk akan mendapat punishment. Termasuk juga pihak-pihak yang mendukung tercapainya hal tersebut — dalam hal ini Arthur Andersen.Masyarakat akhirnya juga lebih aware terhadap pasar modal. Pemerintah pun juga makin hati-hati dalam melakukan pengawasan. Penyempurnaan terhadap sistem terus dilakukan. Salah satunya adalah lahirnya Sarbanes-Oxley Act. Akibat mendzolimi pelaku pasar lainnya, Enron akhirnya terkapar karena melakukan penipuan dan penyesatan. Pun bagi “Enron-wannabe” lainnya, perlu berpikir ulang dua-tiga kali untuk melakukan hal serupa.
Pelajaran yang dapat diambil dari megaskandal ini. Pertama, cepat atau lambat sebuah persekongkolan jahat pasti akan terbongkar. Kebohongan hanya bisa ditutupi secara permanen apabila si pelaku mampu secara permanen dan terus-menerus melakukan kebohongan lainnya. Dalam sebuah sistem terbuka seperti organisasi Enron, sulit untuk melakukan kebohongan itu secara terus-menerus, karena pelaku organisasi dalam tubuh Enron datang silih berganti. Dalam kasus Enron, seorang eksekutif yang berani telah membongkar semua persekongkolan itu. Kedua, kasus-kasus kejahatan ekonomi tingkat tinggi selalu saja mengorbankan kepentingan orang banyak. Segelintir petinggi Enron dan sejumlah pihak yang tahu betul dan ikut merekayasa permainan ini, tentulah menerima manfaat keuangan dalam jumlah besar secara tidak etis. Keserakahan segelintir profesional yang memanfaatkan ketidaktahuan dan keawaman banyak orang telah menyimpan bencana yang mencelakakan banyak pihak: ribuan pekerja, pemegang saham, para pemasok, kreditor, dan pihak-pihak lainnya.Ketiga, terbongkarnya praktek persekongkolan tingkat tinggi ini menjadi bukti bahwa praktek bisnis yang bersih dan transparan akan lebih langgeng (sustainable). Prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik (good corporate governance), saat ini boleh jadi menjadi cibiran di tengah situasi yang serba semrawut. Tetapi berusaha secara transparan, fair, akuntabel, seraya menjaga keseimbangan lingkungan, kiranya merupakan sikap yang lebih bertanggung jawab.
ETIKA BISNIS DALAM PERUSAHAAN

Etika adalah suatu cabang dari filosofi yang berkaitan dengan kebaikan atau moralitas dari perilaku manusia. Dalam pengertian ini etika diartikan sebagai aturan-aturan yang tidak dapat dilanggar dari perilaku yang diterima masyarakat sebagai baik atau buruk. Etika bisnis adalah standar-standar nilai yang menjadi pedoman atau acuan manager dan segenap karyawan dalam pengambilan keputusan dan mengoprasikan bisnis yang baik. Paradigma etika dan bisnis adalah dunia yang berbeda sudah saatnya dirubah menjadi paradigma etika terkait dengan bisnis atau mensinergikan antara etika dengan laba. Justru di era kompetisi yang ketat ini reputasi perusahaan yang baik yang dilandasi oleh etika bisnis merupakan sebuah competitive advantage yang sulit ditiru.
Selain itu, etika juga dapat sebagai rambu-rambu dalam suatu kelompok masyarakat yang akan dapat membimbing dan mengingatkan anggotanya kepada suatu tindakan yang terpuji (good conduct) yang harus selalu dipatuhi dan dilaksanakan. Etika di dalam bisnis sudah tentu harus disepakati oleh orang-orang yang berada dalam kelompok bisnis serta kelompok yang terkait lainnya.
Etika bisnis dalam perusahaan sangatlah penting karena dapat membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi. Maka dari itu, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekwen.
Pada dasarnya, praktek etika bisnis dalam perusahaan akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang karena beberapa hal seperti: akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi baik intern perusahaan maupun dengan eksternal, akan dapat meningkatkan motivasi pekerja, akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga, dan akan meningkatkan keunggulan bersaing.
Etika bisnis paling gampang diterapkan di perusahaan sendiri. Pemimpin perusahaan memulai langkah ini karena merekalah yang menjadi panutan bagi karyawannya. Selain itu, etika bisnis harus dilaksanakan secara transparan. Pemimpin perusahaan seharusnya bisa memisahkan antara perusahaan dengan kepemilikannya sendiri yang dalam operasinya, perusahaan harus mengikuti aturan berdagang yang diatur oleh tata cara undang-undang yang berlaku.
Dalam prakteknya, etika bisnis tidak akan dilanggar jika ada aturan maupun sangsi. Kalau semua tingkah laku salah dibiarkan, lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan yang akan terus dibawa dalam pekerjannya. Repotnya lagi, norma yang salah ini akan menjadi budaya. Oleh karena itu, bila ada yang melanggar aturan haruslah diberikan sangsi untuk memberi pelajaran kepada yang bersangkutan. Maka hal tersebut dapat mengurangi pelanggaran dalam etika bisnis.
Selain itu, terdapat 10 prinsip dalam menerapkan etika bisnis yang positif, yaitu : (1) Etika Bisnis itu dibangun berdasarkan etika pribadi, tidak ada perbedaan yang tegas antara etika bisnis dengan etika pribadi. Kita dapat merumuskan etika bisnis berdasarkan moralitas dan nilai-nilai yang kita yakini sebagai kebenaran, (2) Etika Bisnis itu berdasarkan pada fairness, apakah kedua pihak yang melakukan negosiasi telah bertindak dengan jujur? Apakah setiap konsumen diperlakukan dengan adil?, (3) Etika Bisnis itu membutuhkan integritas, dimana integritas tersebut merujuk pada keutuhan pribadi, kepercayaan dan konsistensi. Bisnis yang etis memperlakukan orang dengan hormat, jujur dan berintegritas. Mereka menepati janji dan melaksanakan komitmen, (4) Etika Bisnis itu membutuhkan kejujuran, dimana pengusaha harus jujur mengakui keterbatasan yang dimiliki oleh produknya, (5) Etika Bisnis itu membutuhkan perencanaan bisnis, dimana sebuah perusahaan yang beretika dibangun di atas realitas sekarang, visi atas masa depan dan perannya di dalam lingkungan. Semakin jelas rencana sebuah perusahaan tentang pertumbuhan, stabilitas, keuntungan dan pelayanan, maka semakin kuat komitmen perusahaan tersebut terhadap praktik bisnis, (6) Etika Bisnis itu diterapkan secara internal dan eksternal. Bisnis yang beretika memperlakukan setiap konsumen dan karyawannya dengan bermartabat dan adil. Etika juga diterapkan di dalam ruang rapat direksi, ruang negosiasi, di dalam menepati janji, dalam memenuhi kewajiban terhadap karyawan, buruh, pemasok, pemodal, ruang lingkup etika bisnis itu universal, (7) Etika Bisnis itu berdasarkan nilai. Perusahaan yang beretika harus merumuskan standar nilai secara tertulis, rumusan ini bersifat spesifik, tetapi berlaku secara umum. Etika menyangkut norma, nilai dan harapan yang ideal, (8) Etika Bisnis itu membutuhkan keuntungan. Bisnis yang beretika adalah bisnis yang dikelola dengan baik, memiliki sistem kendali internal dan bertumbuh, (9) Etika Bisnis itu harus dapat dipercayai, jika perusahaan anda terbilang baru, sedang tergoncang atau mengalami kerugian, maka secara etis anda harus mengatakan dengan terbuka kepada klien atau stake-holder anda, (10) Etika Bisnis itu dimulai dari pimpinan. Kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap corak lembaga. Perilaku seorang pemimpin yang beretika akan menjadi teladan bagi anak buahnya.

ETIKA BISNIS

ETIKA BISNIS


Etika merupakan suatu kehendak yang sistematik melalui penggunaan alasan untuk mempelajari bentuk-bentuk moral dan pilihan-pilihan moral yang dilakukan oleh seseorang dalam menjalankan hubungan dengan orang lain. Etika Bisnis merupakan etika terapan yang merupakan aplikasi pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas dan usaha yang kita sebut bisnis. Selain itu, etika bisnis menjelaskan orientasi umum terhadap bisnis dan mendeskripsikan beberapa pendekatan khusus terhadap etika bisnis, yang secara bersama-sama menyediakan dasar untuk menganalisis masalah-masalah etis dalam bisnis.
Dalam etika bisnis, titik pandang harus difokuskan kepada suatu kelompok dan situasi tertentu, misalnya pada lingkungan bisnis teknik-teknik evaluasi diarahkan kepada perbuatan yang ada di dalam lingkungan yang mempunyai tujuan-tujuan bisnis.
Terdapat beberapa hubungan antara etika bisnis di dalam praktek perusahaan. Pertama, hubungan antara hukum dengan etika dalam perusahaan, Hukum tidak selalu lebih lambat daripada etika. Dengan tidak menyampingkan hambatan-hambatan yang sering menjadi preseden, hukum juga dapat berubah untuk mengakomodir pergeseran nilai-nilai tertentu yang mengikuti prinsip moral yang lebih jelas. Kebanyakan aturan hukum berada di bawah tingkatan tuntutan etika, akan tetapi, dalam kenyataan hukum ikut mendorong meningkatnya tuntutan etika.
Kedua, terdapat hubungan etika antara perilaku bisnis, Dalam kegiatan bisnis sehari-hari sangat mudah untuk menyebut etika bisnis, namun sulit sekali untuk menerapkannya. Dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif, sering etika bisnis ditinggalkan semata-mata untuk mengejar keuntungan yang besar dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Untuk mempertimbangkan etika dalam mengambil keputusan, merupakan proses kegiatan pemikiran etika yang sangat mirip dengan suatu studi produktif, hal ini merupakan langkah yang penting dan krusial dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks akhir-akhir ini, dimana pengambilan keputusan yang baik akan berdampak finansial secara langsung dari suatu tindakan yang dilakukan, namun juga terhadap kepentingan bisnis jangka panjang yang tidak terlihat dengan jelas ataupun dampaknya terhadap masyarakat.
Ketiga, terdapat juga hubungan etika dalam investasi, dalam melakukan investasi kebanyakan investor mencari dan memfokuskan perhatiannya terhadap investasi yang aman dan menjanjikan keuntungan yang tinggi, hanya sedikit yang memperhatikan investasi yang beretika. Apabila investor akan melakukan investasi yang berdasar etika, hendaklah perhatian utamanya ditujukan kepada produk dan jasa perusahaan tersebut. sehingga dari dasar pemikiran tersebut etika dapat membantu perusahaan dalam menentukkan investasi mana yang paling cocok dipakai perusahaan.
Keempat, hubungan antara teknologi dengan etika bisnis, Teknologi menyebabkan beberapa perubahan radikal, seperti globalisasi yang berkembang pesat dan hilangnya jarak, kemampuan menemukan bentuk-bentuk kehidupan baru yang keuntungan dan resikonya tidak terprediksi. Dengan perubahan cepat ini, organisasi bisnis berhadapan dengan setumpuk persoalan etis baru yang menarik.
Selain itu, terdapat juga hubungan etika bisnis dengan isu-isu terkait seperti moralitas dan prinsip etika universal. Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan jahat. Nilai-nilai moral biasanya diekspresikan sebagai pernyataan yang mendeskripsikan objek-objek atau ciri-ciri objek yang bernilai, semacam “kejujuran itu baik” dan “ketidakadilan itu buruk”. Sedangkan, dalam hal prinsip etika universal merupakan tingkat final, tindakan yang benar dilakukan berdasarkan prinsip moral karena logis, universality dan konsistensi.